Seiring dengan munculnya badai Dolly di teluk Meksiko, harga minyak pun turut bergoyang. Setelah sempat jatuh hingga lebih dari US$16 pekan lalu, harga minyak mulai naik kembali pada hari senin waktu setempat. Penurunan pekan lalu disebabkan oleh banyak faktor terutama karena adanya angin topan tropin di teluk Meksiko dan juga banyaknya tekanan terhadap Iran untuk dengan segera menghentikan program nuklirnya, mengingat Iran sebagai produsen minyak terbesar keempat di dunia.
Badai Dolly di teluk Meksiko ini turut mengancam fasilitas minyak dan gas di kawasan tersebut, salah satunya adalah Shell yang hingga saat ini telah mengevakuasi kurang lebih 185 karyawannya dari lokasi tersebut.
New York, minyak mentah jenis "light sweet" menguat US$2,16 dan ditutup pada US$131,04 per barrel untuk pengiriman Agustus. London, Brent North Sea melonjak US$2,42 menjadi US$132,61 per barrel untuk pengiriman September.
Hingga saat ini OPEC tetap pada keputusan untuk menolak meningkatkan produksi minyak mentahnya. Hal ini membuat, Pusat Studi Energi Global (CGES), menghimbau OPEC untuk menjual heavy sour crude yang lebih mahal untuk penyulingannya daripada minyak mentah light sweet dengan diskon terbesar.
Harga minyak pada saat ini tampak berputar sekitar US$150 per barrel. Pada awal bulan ini harga minyak melambung hingga US$147 per barrel, sebagian indikasi dikarenakan melemahnya US$ dan juga terjadinya ketegangan dikarenakan misi nuklir Iran.
Gejala kenaikan harga minyak ini akan sangat membuat dunia masuk ke dalam masa resesi jika saja harga minyak dunia mencapai lebih dari US$150. Sebagian negara negara berkembang bahakan telah memasuki tahap awal resesi.
Badai Dolly di teluk Meksiko ini turut mengancam fasilitas minyak dan gas di kawasan tersebut, salah satunya adalah Shell yang hingga saat ini telah mengevakuasi kurang lebih 185 karyawannya dari lokasi tersebut.
New York, minyak mentah jenis "light sweet" menguat US$2,16 dan ditutup pada US$131,04 per barrel untuk pengiriman Agustus. London, Brent North Sea melonjak US$2,42 menjadi US$132,61 per barrel untuk pengiriman September.
Hingga saat ini OPEC tetap pada keputusan untuk menolak meningkatkan produksi minyak mentahnya. Hal ini membuat, Pusat Studi Energi Global (CGES), menghimbau OPEC untuk menjual heavy sour crude yang lebih mahal untuk penyulingannya daripada minyak mentah light sweet dengan diskon terbesar.
Harga minyak pada saat ini tampak berputar sekitar US$150 per barrel. Pada awal bulan ini harga minyak melambung hingga US$147 per barrel, sebagian indikasi dikarenakan melemahnya US$ dan juga terjadinya ketegangan dikarenakan misi nuklir Iran.
Gejala kenaikan harga minyak ini akan sangat membuat dunia masuk ke dalam masa resesi jika saja harga minyak dunia mencapai lebih dari US$150. Sebagian negara negara berkembang bahakan telah memasuki tahap awal resesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar